Senin, 13 Mei 2013

Makanan Khas Kota Palu Berprotein "Kaledo"

Seperti daerah lainnya di Indonesia, Palu juga memiliki banyak makanan tradisional. Makanan tradisional yang paling digemari di Palu adalah Kaledo. Makanan ini sejenis sup yang berisi tulang sapi yang dicampur dengan asam dan cabai. Kita bisa menjumpai makanan ini di beberapa restoran di Palu.
Orang Palu pada umumnya masih menyajikan makanan tradisional sebagai makanan sehari-hari. Namun, hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak tertarik dengan makanan modern dengan berbagai rasa. Seperti yang bisa kita lihat, banyak restoran di Palu yang menyajikan berbagai makanan internasional. Restoran cepat saji juga tersedia di Palu.
Kaledo terbuat dari tulang kaki lembu dan dagingnya, dicampur asam Jawa mentah, dengan bumbu cabe rawit, garam dan jeruk nipis. Setelah masak Kaledo seperti sup dengan kaki lembu dan sedikit daging. Jika kurang pedas, kita bisa menambahnya dengan sambal cabe rawit. Agar terasa wangi, bolehlah ditambahkan bawang goreng.



Jangan mengaku pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, jika Anda belum mencicipi kaledo. Masakan khas Sulawesi Tengah ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan dengan rasa yang sangat khas, yakni asem gurih dan pedas. Pada awalnya, masakan ini hanya berbahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, karena penjual kaledo semakin banyak, sehingga tulang kaki sapi semakin sulit didapatkan. Untuk menggantikan tulang kaki tersebut, maka tulang belakang sapi pun disertakan sebagai tambahan bahan utama.
Tidak ada catatan resmi mengenai asal-usul makanan ini. Menurut cerita, konon di wilayah Sulawesi Tengah, ada seorang dermawan yang memotong sapi dan membagi-membagikannya kepada penduduk sekitar. Orang Jawa yang pertama datang mendapat daging sapi yang empuk dan kemudian dibuat bakso. Orang Makassar yang datang berikutnya mendapat bagian jeroan (isi perut), kemudian dimasak coto Makassar. Sementara orang Kaili (suku asli Donggala) yang datang belakangan hanya memperoleh tulang-tulang kaki. Oleh karena tidak ingin mengecewakan keluarganya yang menunggu di rumah, maka tulang-tulang dengan sedikit daging yang masih menempel pun dibawanya pulang ke rumah sebagai obat kecewa. Tulang-tulang tersebut kemudian mereka masak dan jadilah kaledo.
Kaledo banyak dihidangkan oleh masyarakat Sulawesi Tengah pada saat hari lebaran (Idul Fitri maupun Idul Adha) yang disajikan dengan burasa (beras diberi air santan dan dibungkus daun pisang, lalu direbus). Selain itu, makanan khas ini juga sangat cocok disantap bersama nasih putih, singkong atau jagung rebus. Bagi yang mengidap tekanan darah tinggi dan asam urat, sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan sampai makan kaledo melebihi porsi yang semestinya.
  • Keistimewaan
Kekhasan kaledo ini terletak pada penggunaan bumbu asam Jawa. Asam Jawa yang digunakan adalah asam yang betul-betul masih muda. Untuk memperoleh konsentrat asam, kulit asam muda digerus bersama dagingnya. Jika menggunakan asam yang sudah tua, kuah kaledo tersebut akan berwarna kuning dan rasanya cenderung lebih manis.
Selain itu, masakan kaledo ini menjadi khas, karena bumbu pelengkapnya, seperti: bawang goreng khas Palu (renyah, tidak mudah lembek, dan tahan lama), sambal, dan jeruk nipis. Bagi mereka yang suka pedas, dapat menambahkan sambal yang sudah ditumbuk kasar. Sedangkan bagi yang suka kecut, dapat menambahkan perasan jeruk nipis.
Kaledo terbuat dari tulang kaki lembu dan dagingnya, dicampur asam Jawa mentah, dengan bumbu cabe rawit, garam dan jeruk nipis. Setelah masak Kaledo seperti sup dengan kaki lembu dan sedikit daging. Jika kurang pedas, kita bisa menambahnya dengan sambal cabe rawit. Agar terasa wangi, bolehlah ditambahkan bawang goreng.
Sebenarnya, yang menarik dari makanan ini, yaitu pada cara makannya. Daging yang menempel di tulang dan sumsum yang terdapat di dalam rongga tulang tersebut sangat lezat untuk dinikmati. Oleh karena itu, Anda jangan terkejut dan heran ketika melihat cara penyajian masakan yang satu ini. Biasanya disediakan garpu, pisau, sumpit ataupun pipet, yang berfungsi untuk mengeluarkan sumsum dari rongga-rongga tulang sapi tersebut.



  • Lokasi

Makanan khas Palu ini merupakan menu utama warung-warung makan di Sulawesi Tengah. Ada beberapa warung makan yang khusus menyajikan makanan ini, seperti warung makan yang berlokasi di ruas Jalan Diponegoro, Kota Palu; di Dupa Indah; di depan pintu masuk Wisata Pantai Tumbelaka (3 km dari Kota Palu); dan di depan Masjid Baabus Salaam, Loliege, Jl. Raya Palu – Donggala (3 km dari Kota Palu). Selain di Kota Palu dan Donggala, makanan ini juga dapat dinikmati di warung-warung makan di Kabupaten Poso. Untuk menjangaku warung-warung tersebut, para wisatawan dapat menumpang angkutan kota berupa bus kota, taksi dan ojek.